Tentang Cinta??..... (8)


DISCLAIMER: [Tulisan ini menurut pendapat saya pribadi, yang terdapat banyak kesalahan didalamnya, jangan percaya tulisan saya]

Assalamu’alaikum xD

Ditengah derasnya hujan yang mengguyur beberapa kota di Indonesia dengan intensitas yang cukup tinggi, semoga api semangat kita tidak ikut terguyur oleh hujan yah! xD

Diawal bagian ini, saya ingin mengatakan bahwa anda memiliki pikiran dan hati yang hebat.
Karena membaca tulisan yang sangat abstrak ini tentu membutuhkan kesabaran dan ketelitian.
Jika anda tidak sabar, maka semua tulisan ini akan terasa membosankan bahkan tidak berarti bagi anda. Dikarenakan kekurangan ilmu yang saya miliki sehingga saya merasa tulisan ini sangat abstrak. Saya harap anda memaafkan saya :).

OKEH, jika pada part sebelumnya kita sudah mengetahui konsep hati adalah muara cinta. Maka timbul lah pertanyaan,
Apakah hati memiliki volume? Apakah air cinta tersebut bisa banjir?

Jika anda memahami konsep dialektika, maka benci merupakan bagian dari cinta. Sebagaimana jika diumpamakan dengan sebuah botol yang berisi air setengah volume botol tersebut. Pertanyaan saya yaitu, botol itu disebut setengah isi? Atau botol setengah kosong?

Jika anda memahami pertanyaan tersebut dan paham dengan konsep dialektika. Maka tidak ada masalah disebut dengan setengah isi atau setengah kosong. Toh pada intinya yang saya ingin sampaikan bahwa ‘isi’ dan ‘kosong’ saling berlawanan bagaikan ‘cinta’ dan ‘benci’.

Jika anda memahami maksud saya, maka volume dalam muara cinta juga dapat didefinisikan sekian persen cinta dan sekian persen tidak cinta. Seperti perumpamaan isi dan kosong dalam sebuah botol, 50% isi dan 50% tidak isi.

Dengan mengetahui konsep dialektika pada hati, maka kita tahu bahwa benci dan cinta saling bermuara pada hati dan keduanya saling berhubungan. Semakin tinggi kadar cinta semakin rendah kadar benci, pun dengan sebaliknya. 
Jika anda bingung, analogikan dengan botol setengah isi dan kosong. Semakin besar volume isi, semakin kecil volume kosong. Intinya benci dan cinta saling berhubungan.

Selanjutnya, jika kita ingin menuangkan air dari botol yang berarti mengurangi volume isi dan menambah volume kosong. Bagaimana dengan hati kita?
Apakah dengan menuangkan cinta keluar, akan mengurangi kadar cinta dan meningkatkan kadar kebencian kita? Jika pertanyaan ini timbul dalam benak anda, saya rasa anda terbalik dalam analogi.

Jika botol sejatinya diciptakan kosong. Maka seharusnya kosong tersebut merupakan kesejatian sang botol sedangkan isi merupakan materi eksternal, yang mempengaruhi kesejatian internal botol yaitu kekosongan.

Jika hati sejatinya diciptakan suci dan penuh cinta. Maka cinta merupakan kesejatian hati, sedangkan benci merupakan materi eksternal yang mempengaruhi kesejatian hati yaitu suci dan cinta.
Maka kita menganalogikan ‘kosong’ pada botol sebagai ‘cinta’ dan ‘isi’ pada botol sebagai ‘benci’.

Selanjutnya jika kita menuang botol. Sebenarnya kita menuang kekosongan atau kita menuang isi botol tersebut?
Hal tersebut tentunya harus dibahas kembali, jika pada umumnya menuang isi botol haruslah memilih wadah isi yang selanjutnya, baik itu gelas, mangkuk, cangkir atau bahkan perut kita.

Bagaimana dengan menuang kekosongan botol?
Saya yakin siapapun orangnya, mereka tidak pernah khawatir membiarkan botol terbuka dalam kondisi kosong. Jika kita telaah, hal tersebut bermakna menuangkan kekosongan botol.
Kenapa mereka tidak khawatir? 
Karena menuangkan kekosongan botol tidak memberikan kerugian apapun bagi mereka dan sekitarnya.

Kebalikan dengan menuang isi botol yang harus pada tempatnya. Jika kita membuka tutup botol yang terisi penuh tentu kita khawatir botol tersebut tumpah dan tertuang tidak pada wadahnya, misal di lantai, baju atau celana. Bagaimana jika isi botol tersebut adalah sambal? Kecap? Tinta? Kita tentu semakin berhati-hati agar tak tumpah.

Begitu pula dengan cinta dan kebencian, Jika anda dapat memahami kalimat tersebut maka saya katakan bahwa anda cerdas, Karena saya hanya mampu menjelaskan melalui analogi tersebut, saya harap anda bisa menerjemahkannya!

Setelah mencapai tahapan ini, barulah kita sampai pada pemahaman dari pertanyaan tadi.
Apakah dengan menuangkan cinta keluar, akan mengurangi kadar cinta dan meningkatkan kadar kebencian kita?

Tentunya semakin banyak kita mengeluarkan cinta maka semakin banyak pula kadar cinta di hati.
Pun dengan kebencian, letakkanlah kebencian pada tempat yang tepat. Misal, benci pada perbuatan jahat, benci pada kemunafikan, benci pada ketidak-adilan, dll.

Dengan memahami konsep dialektika hati, bukankah kita semakin mengenal hati kita?
Dan dengan mengenal hati kita, bukankah kita semakin mengenal diri kita?
Dan seperti kata orang arif “Siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”,

Yang kurang lebih kalimatnya seperti itu, silahkan anda cari sendiri kebenaran kalimat tersebut, namun bagi saya selama hal tersebut membawa saya pada kebaikan maka apakah ada yang salah dengan mengenal diri sendiri?

Jika anda menemukan sesuatu yang salah atau ada yang bertentangan dengan agama mengenai mengenal diri sendiri, saya mohon tolong beritahu saya… Karena saya belum mendapatinya.. Saya sungguh-sungguh.

Yap mari kita tuangkan cinta kita sebanyak-banyaknya! Jangan lupa sebarkan kebaikan dan cinta anda! xD


Komentar

Posting Komentar